1

Pentingnya pendidikan pada usia dini

Posted by Unknown on 06.24



 Oleh : Minal Ridho/tarbiyah/pai

Pendidikan sangat penting bagi usia anak – anak karena di usia ini untuk anak di dikenal dengan tentang pendidikan dan megembang kan otak anak mengenal tentang tentang dunia pendidikan. Pendidikan itu sanagat baik karaena megenalkan pengetahuan di sekeling kita banyak yang terjadi dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetuhan banyak perkembangan dalam dunia pendidikan berbagai bidang ilmu kita lihat perkembangan pendidikan dari zaman dahulu sampai sekarang banyak pengetahuan baru di lingkungan kita dari pendidikan kita bisa tahu berbagi pengetahuan yang di ajarkan kita.
Pendidikan sudah mulai berkembang pesat dari zaman ke zaman apa lagi sudah berkembang teknologi sudah semakin mudanya mencari ilmu di mana saja ada dari dari pada juga lembaga pendidikan untuk anak sudah mulai berkembang di mana saja kita bisa melihat Tk,Pau dll.betapa di butukan pendidikan di zaman sekarang anak sekarang sudah mulai meyukai pengatuan yang terdapat di sekiling kita contoh seperti sekolah alam mereka megembangkan ilmu pegetahuan dengan cara yang terdapat di lingkungan sekita mereka.
Mereka mencari pengetahuan yaitu melalui alam mereka seperti menteliti perkembangan tumbuhan. Kita juga bisa  mencari pengetauhan yang berkembang saat ini. Untuk megembangkan pemikiran anak terhadap pengetahuan bisa melalui berbagi macam yang terdapat saat ini dan banyak metode – metode yang kita bisa pilih untuk anak kita.
Berbagai macam – macam saat ini yang di tawar untuk anak dari berbagai metode yang di kembang kan berbagi macam sekolah yang ada saat ini apa lagi sekarang pemerinta sudah meyusun kurikulum yang baik bagi anak untuk megembang potensi diri pada anak dan juga sudah ada berbagi les – les yang menawarkan berbagai macam - macam metode dalam pembelajaran yang sangat baik untuk pikiran anak yang masih berkembang.
Di dalam islam juga telah bahas di dalam Al ,Quran di dalam bahwa orang yang berilmu akan di akat berapa derajat orang yang beriman dan orang yang berilmu maka dari apa itu kita wajib untuk menutut ilmu pengatuan dan juga di bahas dalam hadis mengatakan bahwa tuntu lah ilmu sampai di liyang lahat. Juga terdapat di dalam al Qur’an surat al mujadilah ayat 11 berbunyi sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

 wahai orang – orang yang beriman! Apabila di katakan ke padamu berilah kelapangan di dalam majelis – majelis maka lapangakanlah niscaya allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apibila di katakan berdirilah kamu maka, maka berdirilah, niscaya allah akan mengangkat (derajat) orang – orang yang beriman di antaramu dan orang – orang yang di beri ilmu beberapa derajat. Dan allah mahateliti apa yang kamu kerjakan 
  
Dari pada itu kita harus semagat menutut ilmu karena dari kita menutut ilmu kita akan tercapai cita – cita kita dan membuka wasan – wasan kita dalam berbagi macam perkembangan ilmu yang semakin modern menutut ilmu membuat ,kita cerdas dan pintar mudahan anak sekarang sudah bisa mengembangkan ide – ide keratif dalam bidang ilmu pengetauan. Dan cerdas dalam bidang ide yang di kembangkan apa ada daam diri kita.


artikel opini 


0

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Posted by Unknown on 23.24




PEMBAHASAN
1.    Syarat  Ketepatan Pemilihan Kata
Seseorang yang menguasai kosakata, selain mengetahui makna kata, ia juga harus memahami perubahan makna. Di samping itu, agar dapat menjadi pemilih kata yang akurat, seseorang harus menguasai sejumlah persyaratan lagi. Syrat tersebut menurut Keraf (1988:88) ada enam. Berikut ini adalah rincian keenam syarat itu beserta contohnya dan anjuran untuk melatih ketajaman pemahamannya.
1.      Dapat membedakan denotasi dan konotasi.
Contoh:
a.       Bunga edelweis hanya tumbuh di tempat yang tinggi (gunung).
b.      Jika bunga bank tinggi, orang enggan mengambil kredit bank.
2.      Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.
Contoh:
c.       Siapa pengubah peraturan yang memberetkan pengusaha?
d.      Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama in memberatkan pengusaha.
3.      Dapat membedakan kata yang hampir mirip dalam ejaannya.
Contoh:
 Intensif-insentif                 Preposisi-proposisi
Korporasi-koperasi           Karton – kartun
Interferensi-inferensi
4.      Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak.
Contoh:
Keadilan, kebahagiaan, keluhuran,
Kebajikan, kenijakan, kebijaksanaan.
5.      Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh:
Pasangan yang salah
Pasangan yang benar
Antara... dengan...
Tidak... melainkan...
Baik... ataupun...
Bukan... tetapi...
Antara... dan...
Tidak... tetap...
Baik... maupun...
Bukan... malainkan...
Contoh pemakaian kata penghubung yang salah
e.       Antara hak dengan kewajiban pegawai haruslah berimbang.
f.       Korban PHK itu tidak menuntut bonus, melainkan pesangon.
g.      Baik dosen  ataupun mahasiswa ikut memperjuangkan reformasi.
h.      Bukan aku yang tidak mau, tetapi dia yang suku.

Contoh pemakaian kata penghubung yang benar
i.        Antara  hak dan  kewajiban pegawai haruslah berimbang.
j.        korban PHK itu tidak menuntut bonus, tetapi pasangon.
k.      Baik dosen maupun mahasiswa ikut memperjuangkan reformasi.
l.        Bukan aku yang tidak mau, melainkan dia yang tidak suka.
6.      Dapat membedakan kata-kata yang umum dan kata yang khusus.
Kata melihat adalah umum yang merujuk pada perihal ‘mengetahui sesuatu melalui indra mata’. Kata melihat tidak hanya digunakan untuk menyatakan membuka mata serta menunjuk ke bjek tertentu, tetapi juga untuk mengetahui hal yang berkenan dengan objek tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan dan bandingkan contoh berikut ini.
Contoh:
 Kata umum: melihat
 Kata khusus: melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai, mengintip, memandang, menatap, memperhatikan, mengamati, mengawasi, menonton, meneropong.
Sebagai ajang latihan diksi ada baiknya jika Anda mencoba menggunakan kata-kata di atas dalam kalimat. Untuk mempertajam pemahaman makna kadang-kadang kita memerlukan terjemahan asingnya, terutama bahasa Inggris sebagai pembanding, sebab perbedaan nuansa makna antarkata yang bermiripanitu kadang-kadang begitu tipis. Dengan memahami makna yang tepat, dapat dilakukan pemilihan kata yang akurat. Bandingan dengan cermat tatanan kata-kata bahasa Indonesia dan maknanya dalam bahasa Inggris pada tabel d bawah ini.



PERBANDINGAN INDONESIA – INGGRIS DALAM UPAYA MENDAPATKAN DIKSI YANG TEPAT
Indonesia
Inggris
perencanaan
rencana
jadwal
program
agenda,acara
rancangan, desain
planning
plan
schedule
program
agenda
design

2.    Gaya Bahasa, Idiom, dan Ungkapan Idiomatik
1.    Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora, personifikasi); ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes); ada masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasa atau retorika untuk menimbulkan kesna tertentu bagi mitra komunikasi kita (pembaca/pendangar).
Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu:
a.    Cara dan media komunikasi: lisan atau tulis, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik.
b.    Bidang ilmu: filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dan lain-lain.
c.    Situasi : resmi, tidak resmi, setengah resmi.
d.   Ruang atau konteks: seminar, kuliah, ceramah, pidato.
e.    Khalayak: dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua); jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status sosial (rendah, menengah, tinggi).
f.     Tujuan: membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.


2.    Idiom
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsur (Moeliono, 1984:177). Menurut Badudu kata (1989:47), “...idom adalah bahasa yang teradatkan...” Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Meski dengan prinsip ekonomi bahasa pun, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakainya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak boleh dipertukarkan susunannya menjadi *tikar gulung, *domba adu, tembok muka karena ketiga kelompok kata yang terkhir itu bukan idiom.
3.    Ungkapan idiomatik
Dibawah tingkatan idiom ada pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagai frasa. Kelompok kata bertemu dengan, dibacakan oleh, muisalnya, bukan idiom, tetapi berprilaku idiom. Pasangan kelompaok kata semacam ini lantas disebut ungkapan idiomatik.
Kedua contoh kata dibawah ini belum braroma idiomatis karen tidak berisi ungklapan idiomatik.
a.    Polisi bertemu maling.
b.    Berita selengkapnya dibacakan sazli rais.
Dengan alasan ekonomi bahasapun contoh ( 1 ) dan ( 2 ) tetap salah karena terasa timpang. Pembetulannya tidak lain adalah dengan cara menempatkan pasangan serasi bagi kata bertemu, yaitu dengan ; dan pasangan serasi bagi kata dibacakan, yaitu oleh.
a.    Polisi bertemu dengan maling
b.    Berita selengkapnya dibacakan oleh sazli rais
Jadi, dalam pemakaian bahasa adakalanya kita perlu memperhatikan frasa tertentu, dalam hal ini kata yang berpasangan tetap karena kedua kata itu secara bersama dalam menciptakan ungkapan idiomatik. Amatilah beberapa contoh ungkapan idiomatik berikut ini.
Berasal / berawal dari                  disebabkan oleh
Berdasar pada                              sampai ke
Bergantung pada                         sehubungan dengan
Bertemu / berjumpa dengan        seirama / sejalan dengan
Berkenan dengan                         sesuai dengan

4.     Kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata
A.  Kesalahan pemakaian gabungan kata yang mana, di mana, daripada
Selain ungkapan idiomatik yang telah dicontohkan pada butir 3, ada juga gabungan kata yang lain yang fungsinya berbeda dengan ungkapan idiomatik. Gabungan kata yang dimaksud adalah yang mana, dimana, dan daripada. Ketigs bentuk itu sengaja diangkat disini karena pemakaiannya ditengah masyarakat masih banyak yang salah. Perhatikan contoh pemakaian yang salah dalam kalimat dibawah ini.
(1)   Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan oleh Pak lurah.
(2)   Dalam rapat yang mana dihadiri oleh para ketua RT dan ketua RW telah dibcakan...
(3)   Demikian tadi sambutan pak lurah di mana beliau telah menghimbau kita untuk lebih tekun bekerja.
(4)   Kita perlu mensyukuri nikmat di mana kita telah diberi rezeki oleh Tuhan.
(5)   Marilah kita perhatikan kebersihan daripada lingkungan kita.
(6)   Tujuan daripada pertemuan ini adalah untuk memperkenalkan pejabat baru di lingkungan unit kerja kita.
Kalimat (1) sampai (6) kerap kita dengar dalam aktifitas bermasyarakat kalau kita amati, ada dua jenis kesalahan dalam pemakaian bentuk gabungan itu. Kesalahan pertama, dalam sebagian besar kalimat itu terdapat kata yang berlebih atau mubazir yang mengakibatkan terjadinya polusi bahasa. Kata mana dalam kalimat (1) dan (2) tidak diperlukan. Cobalah baca kalimat (1) dan (2) tanpa mengikutsertakan kata mana; kedua kalimat itu menjadi efektif, bukan ? demikian juga kalimat (5) dan (6), cobalah dibaca tanpa mengikutsertakan dari pada, pasti kalimatnya menjadi mulus. Hal itu membuktikan pemakaian bentuk gabung yang mana dalam kalimat (1) dan (2) serta dari pada dalam kalimat (5) dan (6) tidak tepat.
Kesalahan kedua, pada sebagian besar contoh itu terjadi salah pakai bentuk gabung dimana tidak boleh dipakai dalam kalimat (3) dan (4) karena seperti juga dua bentuk gabung lainnya – peruntukannya salah. Fungsi dimana dan yang mana bukan sebagai penghubung klausa – klausa didalam sebuah kalimat. Kalimat (3) harus dipecah menjadi dua kalimat yaitu
a.       Demikian tadi sambutan pak lurah
b.      Beliau telah menghimbau kita untuk lebih tekun bekerja
Perbaikan kalimat (4) dapat dilakukan dengan menempatkan kata karena sebagai kata penghubung untuk menggantikan dimana sehingga bunyi kalimatnya menjadi : Kita perlu mensyukuri nikmat (Tuhan) karena (kita) telah diberi rezeki oleh tuhan.
B.  Kesalahan pemakaian kata dengan, di, dan ke
Pemakaian kata dengan dalam kalimat terutama ragam lisan, sering tidak tepat. Perhatikan contoh yang salah berikut ini.
a.    Sampaikan salam saya dengan Dona.
b.    Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya
c.    Rumahnya diagunkan dengan bank
Kata dengan pada kalimat a, b dan c harus diganti dengan kepada. jika tidak, kepada siapa salam ditujukan, kepada siapa pertanyaan di ajukan, dan kepada siapa rumah diagunkan, sebenarnya belm jelas. Kata dengan tidak cocok dipakai dalam ketiga kalimat itu karena dengan dapat berarti bersama. Bukankah pengertian kalimat rudi pergi dengan doni sama dengan rudi pergi bersama doni ? karena itu, kalimat a, b dan c harus diperbaiki menjadi seperti berikut ini.
a.    Sampaikan salam saya kepada dona
b.    Mari kita tanyakan langsung kepada dokter ahlinya
c.    Rumahnya diagunkan kepada bank
Senada dengan vkekeliruan pemakaian kata sambung dengan, pemakaian yang keliru sering juga terjadi untuk kata depan di dan ke yang seharusnya diisi oleh kata pada dan kepada. kata depan di dan ke harus diikuti oleh tempat , arah dan waktu, sedangkan kata kepada harus diikuti oleh nama / jabatan orang atau kata ganti orang.
Contoh :
1.      Buku agendaku tertinggal di rumah andi.
2.      Jangan menoleh ke kiri
3.      Permohonan cuti diajukan kepada direktur.
Kenyataan menunjukkan masih cukup banyak orang yang salah memakai kata depan di dan ke. Di kampus pun kita sering mendengar para mahasiswa memakai kedua kata ini secara keliru. Kekeliruan itu terjadi akibat percampuradukan pemakaian ragam lisan dan ragam tulis. Kesalahan diksi dalam ragam lisan yang tidak resmi sering dibawa ke ragam tulisan resmi. Seperti diksi yang salah berikut ini. Kata – kata yang seharusnya dipakai adalah yang ditempatkan di dalam kurung.
a.    Dokumen itu di kita (pada)
b.    Setelah tugas selesai, harap segera melapor ke dosen. (kepada)
c.    Tolong berikan buku ini ke tuty (kepada)

C.  Kesalahan pemakaian kata berbahagia
Dalam pertemuan formal di tengah masyarakat, kitac sering mendengar kata berbahagia dipakai secara keliru oleh pembawa acara dan juga oleh pembicara lain, permasuk para pejabat yang menyampaikan kata sambutan. Umumnya kat berbahagia itu dimunculkan pada bagian awal suatu acara ketika pembicaqra menyapa hadirin, seperti contoh yg keliru berikut ini :
a.       Selamat malam dan selamra datang di tempat yang berbahagian ini.
b.      Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak hadirin untuk....
Mengapa pemakaian kalimat berbahagia di kalimat a dan b di katakan keliru, karena kata berbahagia bukan kata sifat. Jika kata bahagia di kalimat a diisi oleh kata sifat, misalnya aman bersih atau indah, tentu saja kalimatnya benar. Demikian juga jika kata sifat langka atau baik menggantikan kata berbahagia pada kalimat b, kalimatnya juga menjadi benar.
Kata bahagia berasal dari kata sifat bahagia, lalu diberi awalan ber sehingga menjad kata kerja. Perhatikan proses perubahan kata sifat menjadi kata kerja dan arti yang ditimbulkannya:
Bahagia (KS)                          berbahagia (KK) = ‘merasa bahagia’
Sedih (KS)                               bersedih (KK) = ‘merasa sedih’

       Seperti kita ketahui, kata kerja dipakai untuk menerangkan aktivitas atau pekerjaan. Kalimat a dan b dapat menimbulkan pertanyaan: dapatkah tempat dan kesempatan melakukan pekerjaan merasakan atau menunjukkan bahagia? Tentu saja tidak. Yang dapat merasakan bahagia adalah orang, bukan tempat atau kesempatan. Oleh manusia, tempat dijadikan aman, bersih dan indah sehingga dapat membahagiakan orang atau membuat orang senang. Kesempatan yang langka, misalnya, dapat membahagiakan orang yang memperolehnya. Karena itu, kalimat a dan b itu salah diksinya. Agar arti kedua kalimat itu menjadi logis dan mantap, kata berbahagia yang dipakai disitu harus diganti dengan membahagiakan atau menyenangkan. Seperti contoh berikut :
a.    Selamat malam dan selamat datang di tempat yang membahagiakan ini.
b.    Pada kesempatan yang membahagiakan ini, kami mengajak hadirin untuk . . . .
Pada kesempatan yang menyenangkan ini, kami mengha

Copyright © 2009 Minal Ridho All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.